Rapid dan Swap PCR Negatif, Tetap Waspada!

Senin, 4 Januari 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“Tiga hari sudah saya demam. Awalnya seperti masuk angin, mungkin karena kecapekan,”

Pikir saya pada awalnya, sebab, sejak daftar jadi calon WABUP, kegiatan full. Sehari tidur hanya sekitar 4 jam, 2 minggu full berkegiatan.

Walau tidak enak badan, karena hal penting dan rasa tanggung jawab atas peran kehidupan, perjalanan ke PP, tetap dijalankan. Sudah bisa di tebak, badan makin nge-drop.

Tengah malam itu, melihat saya demam, sepanjang perjalanan, driver langsung mengantarkan saya ke UGD. Keputusan yang, sangat tepat.

Di RS Medika, saya di rawat sekitar 7 hari. Ditangani oleh 2 spesialis. Spesialis Internis dari awal hingga akhir, Spesialis Paru sejak hari ketiga. Internis yang menangani, mulai curiga. Dengan demam tinggi, namun sel darah putih malah turun, itu menunjukkan bukan bakteri. Bisa jadi virus, tapi virus apa?

kah? Tapi Rapid testnya negatif. Saat di infus, di UGD sampel darah diambil. Diperiksa darahnya, untuk beberapa pemeriksaan, termasuk antibodi .

Walau hasilnya, negatif, Spesialis Internis, tetap merujuk ke Spesialis Paru. Saya bisa memahami, tes Rapid antibodi memang tidak seakurat Swap Test (PCR). Saat itu belum populer pemeriksaan antigen.

Antibodi adalah salah satu pasukan sistem pertahanan (imun). Seperti negara, ada tentara, polisi, hansip, petugas karantina, dll., tubuh manusia juga, punya sistem pertahanan. Ada sistem pertahanan umum, responnya biasanya sangat cepat, dalam hitungan jam.

Sedangkan, Antibodi adalah sistem pertahanan khusus. Terhadap virus tertentu, otomatis baru timbul setelah ada serangan. Setelah radar pasukan yang lagi piket (Sel B dan sel T) mendeteksi adanya pasukan penyusup (Antigen). Antibodi responnya agak lambat, timbul setelah beberapa hari.

Beda dengan Antigen. Antigen adalah bagian tertentu dari musuh (Virus, jamur dll). Secara teori, antigen (pasukan musuh) dulu muncul. Radar tubuh mendeteksi, lalu timbulah antibodi (pasukan kita).

Maka, tak heran, bila pemerintah sekarang. Lebih memilih pemeriksaan Rapid Antigen, daripada Rapid antibodi. Antibodi negatif, belum tentu, seseorang tidak ada virus. Karena antibodi bisa jadi muncul 5 – 7 hari setelah virus menginfeksi. Sedangkan antigen, bisa di deteksi, saat virus ada di tubuh.

Hari ketiga, saya mulai d tangani dengan spesialis paru. Diperiksakan X-Ray dada, hasilnya bagus. Masih bersih paru-paru nya, belum ada gejala Covid.

Uce Prasetyo bersama Ferdian H. sesaat seteah pengambilan dan enetapan nomor urut, Kamis (24/9/2020) di Kantor Jalan A.W. Syahrani, Bukit Pelangi, .

Saat hari ketiga itulah, saya minta dilepas infus. Izin / cuti keluar untuk ke kantor KPU, pengundian nomor urut Paslon. Andai tidak wajib, mungkin saya tidak hadir. Dengan kepala pusing, dan demam tinggi, sekitar 38 – 39 derajat, saya mengikuti acara di KPU. Setelah selesai, bergegas saya balik lagi ke RS, infus dipasang lagi.

Hari kelima, keluhan tidak berkurang. Pusing, diare, dan demam tinggi. Dokter masih penasaran, untuk memastikan, saya diSwap PCR. Petugas dari Dinkes dengan seragam komplit, mengambil sampel Swap.

Hari keenam. Hasil Swap keluar. Dini hari, sekitar jam 2 malam, Kepala Dinas Kesehatan, SMS saya. Hasilnya, negatif. Saya lega, tapi bingung. Leganya, bukan terkena Covid, karena bila terkena Covid, otomatis saya tidak bisa bersosialisasi terkait Pilkada. Saya sadar, saya sudah telat mendaftar. Maka, bila terkena Covid, makin telat lagi untuk pergerakan ke masyarakat. Bingung, karena penasaran, saya sakit apa?

Hari ketujuh, pagi. Saya mulai terasa sesak. Saturasi oksigen mulai menurun. Pemeriksaan X-Ray dilakukan lagi. Sekitar satu jam, setelah pemeriksaan, Spesialis Paru memastikan bahwa saya kena Covid. Bercak X-Ray di paru, sangat jelas. Gambaran pneumonia (radang paru paru), di kedua sisi, hampir 3/4 paru.

Mendengar itu, saya lega dan bingung lagi. Lega, karena diagnosa penyakit sudah jelas, yaitu Covid-19. Bingung, karena baru sehari dapat kabar pemeriksaan Swap PCR, hasilnya kemarin negatif. Tapi sekarang, nyatanya, dampak di paru-paru nyata. X-Ray nyata terlihat mata. Dan sesak di dada, nyata di rasakan.

Maka, sesuai prosedur saya di pindah ke RSUD. Saya antri, dan ditempatkan di lorong UGD sekitar 3 jam. Sebab, kamar khusus Covid full.

Hari kedua di RSUD, atau hari kedelapan diopname, saya di swap lagi. Dengan hasil sebaliknya, POSITIF.

Secara teori, Swap PCR adalah yang paling akurat. Akurasi sekitar 98%. Mungkin, saat periksa pertama Swap PCR, saya adalah golongan 2% nya.

Rapit hari pertama negatif,
X-Ray hari ketiga bersih,
Swap PCR hari kelima negatif,
X-ray hari ketujuh bercak pneumonia nyata,
Swap hari kedelapan jadi Positif.

Maka, hemat saya, orang dalam perjalanan yang membawa surat negatif. Pemeriksaan dengan metode, apapun itu. Rapid Antibodi, Rapid Antigen, atau Swap PCR. Belum tentu benar-benar belum ada virus dalam tubuhnya.

Kewaspadaan, harus tetap ada. Dengan disiplin, pakai masker, jaga jarak dan rajin cuci tangan.

Sangatta, 04 Januari 2021
“Tentang si , Eps. 02”
Ditulis oleh : Uce Prasetyo (Praktisi Kesehatan, Politikus PPP, CAWABUP KUTIM 2021-2024)
Disunting oleh : (red.)
617Dibaca

Berita Terkait

Melampaui Bendera dan Kembang Api, Mengartikan Ulang Kemerdekaan Indonesia
Pentingnya Politik Santun dan Berbudaya Jelang Pemilu 2024
Merajut Kembali Tenun Kebangsaan Melalui Pesan Budaya
Wajah Buram Politik Indonesia
Presiden Putin dan Kesejahteraan Kutim (Bagian Pertama)
BELA NEGARA DALAM PEREKONOMIAN
BELA NEGARA, EKONOMI, DAN COVID-19
Kaidah Jurnalistik, Etika dan Hukum, Sudahkah Berbanding Lurus?

Berita Terkait

Kamis, 17 Agustus 2023 - 15:56 WITA

Melampaui Bendera dan Kembang Api, Mengartikan Ulang Kemerdekaan Indonesia

Senin, 3 Juli 2023 - 20:22 WITA

Pentingnya Politik Santun dan Berbudaya Jelang Pemilu 2024

Minggu, 2 Juli 2023 - 21:36 WITA

Merajut Kembali Tenun Kebangsaan Melalui Pesan Budaya

Minggu, 2 Juli 2023 - 20:39 WITA

Wajah Buram Politik Indonesia

Selasa, 6 Desember 2022 - 00:20 WITA

Presiden Putin dan Kesejahteraan Kutim (Bagian Pertama)

Minggu, 31 Juli 2022 - 08:33 WITA

BELA NEGARA DALAM PEREKONOMIAN

Sabtu, 30 Juli 2022 - 12:13 WITA

BELA NEGARA, EKONOMI, DAN COVID-19

Selasa, 23 November 2021 - 21:05 WITA

Kaidah Jurnalistik, Etika dan Hukum, Sudahkah Berbanding Lurus?

Berita Terbaru

Pendidikan & Sosial Kebudayaan

Kutai Timur Lipat Ganda Anggaran Beasiswa SD-SMP, Komitmen Dorong Pendidikan Berkualitas

Kamis, 4 Apr 2024 - 13:28 WITA

Pendidikan & Sosial Kebudayaan

Optimalkan Kurikulum Merdeka, Kutim Gelar Pelatihan untuk Guru Bahasa Inggris

Kamis, 4 Apr 2024 - 13:14 WITA

Maaf, Klik Kanan Tidak Diperkenankan Pada Laman Ini
Maaf, Text Pada Laman Ini Tidak Dapat Diseleksi
Sorry this site is not allow cut.
Maaf, Tidak Diizinkan Mencopy Isi Laman Ini
Sorry this site is not allow paste.
Sorry this site is not allow to inspect element.
Sorry this site is not allow to view source.

Maaf, Anda tidak diizinkan untuk mengcopy teks atau artikel ini

error: Isi konten ini dilindungi, nggak usah maksa :)