Presiden Soekarno mengirimkan sebuah telegram khusus kepada Menteri Kemakmuran Sjafruddin untuk membentuk suatu pemerintahan sementara. Telegram itu merupakan respons atas informasi tentang upaya penyerangan tentara Belanda ke Istana Presiden Yogyakarta. Saat Presiden Soekarno, M. Hatta, Soetan Sjahrir, dan petinggi lainya ditangkap oleh tentara Belanda. Syafruddin kemudian mendeklarasikan sebuah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). PDRI dibentuk sebagai upaya menunjukkan eksistensi pada dunia bahwa Repbulik Indonesia tetap berdiri tegak. Fakta sejarah diatas kemudian diperingati sebagai Hari Bela Negara.
Berbeda zaman tentu berbeda pula masalah yang dihadapi suatu bangsa. Sejak bulan Maret 2020 Indonesia dan negara bangsa di dunia dihantam tsunami pandemi coronavirus disease (Covid-19). Virus ini secara tidak langsung telah meluluhlantahkan sistem ekonomi berbagai negara. Data Badan Pusat Statistik jelas menyebutkan pada kuartal III Indonesia resesi dengan pertumbuhan minus 3,49 persen. Boleh saja pemerintahan Jokowi yang mengurusi bidang ekonomi optimis. Faktanya jutaan pengangguran baru terus bertambah. Berbagai sektor industri porak-poranda, mulai properti goyah, pertumbuhan manufaktur anjlok total. Hanya bidang pertanian dan komunikasi yang menunjukkan kecenderungan positif.
Situasi sulit ini pun ternyata belum cukup menyadarkan seluruh anak bangsa, bahwa saat ini bangsa ini sedang menghadapi “agresi” dalam bentuk lain. Kalau pada 77 tahun lalu Indonesia menghadapi upaya penumpasan tentara Belanda hari ini yang kita hadapi tidak hanya sistem neoliberalisme yang bernama kapitalisme global semata. Tsunami pandemi Covid-19 sangat cukup untuk mengingatkan seluruh elemen bangsa untuk bersatu dalam upaya menekan penyebaran virus yang telah mematikan jutaan umat manusia di dunia.
Bagaimana bela negara untuk ekonomi pada pandemi seperti ini?. Paling utama adalah tetap menerapkan protokol kesehatan dengan 3M, karena dengan kedisiplinan yang baik, perputaran ekonomi masih bisa dijaga dan dinaikkan secara bertahap seiring dengan kebiasaan baru. Sebagai masyarakat kita harus terus bangga menggunakan produk dalam negeri, karena multiplier ekonomi yang besar manfaatnya seperti penguatan rupiah, perputaran jumlah uang beredar, bahkan bertambahnya devisa untuk negara tentu akan membantu pemulihan ekonomi Indonesia. Kemudian masyarakat tetap berbelanja di tempat-tempat lokal yang didalamnya terdapat UMKM, pedagang kecil/kelontong, bahkan pekerja seni lokal. Masyarakat yang memiliki tingkat kekebalan yang baik dan telah vaksin, sangat dianjurkan untuk berlibur dan berekreasi ke wilayah dimana penopang utama perekonomiannya adalah pariwisata. Karena wilayah tersebut adalah yang paling terpukul ekonominya di masa pandemi ini.
Dari sisi pemerintah kebijakan yang diberikan dapat berupa pembinaan, pelatihan, serta bantuan finansial untuk UMKM dalam penyesuaian pandemi. Hal ini penting karena masalah yang dialami oleh UMKM adalah berkurangnya pemasukan. Oleh karena itu pembinaan berupa pelatihan dan pemberian bantuan finansial dapat menjadi jawaban bagi masalah yang dihadapi oleh UMKM. Kesadaran bela negara ini pasti akan mendorong pemulihan ekonomi dengan baik.
Oleh: Dicky Perwira Ompusunggu,S.E.,M.Si (Dosen FEB UPR/peserta LATSAR CPNS XXVII KDOD)