
SANGATTAKU – Dalam kunjungannya ke Desa Bumi Rapak, Kecamatan Kaubun pada Rabu, 2 Agustus 2023, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman memantau kondisi jembatan Sungai Rapak yang telah mengalami penurunan kualitas dan tidak layak digunakan. Jembatan yang terbuat dari kayu ulin tersebut menjadi potensi bahaya bagi warga yang melewati jembatan tersebut setiap harinya.

Setelah melakukan peninjauan, Bupati segera memberikan instruksi kepada Dinas PUPR Kutim melalui Bidang Bina Marga untuk melakukan kajian guna membangun jembatan baru yang aman dan fungsional.
“Situasi ini sudah sangat tidak layak dan membahayakan. Kita tidak boleh membiarkan potensi risiko ini berlarut-larut. Saya mohon kepada Dinas PUPR untuk segera melakukan kajian mendalam, sehingga pembangunan jembatan baru dapat segera dimulai,” ungkap Ardiansyah Sulaiman dengan tegas.
Keputusan untuk membangun jembatan baru ini berdasarkan informasi yang diperoleh Bupati Ardiansyah Sulaiman saat dia berinteraksi dengan kelompok tani di sekitar jembatan tersebut. Melalui pengamatan langsung terhadap kondisi jembatan Sungai Rapak yang sudah tak layak dan memprihatinkan, Bupati menginstruksikan kepada Dinas PUPR untuk segera mengambil tindakan berdasarkan perencanaan yang telah dimulai sejak tahun 2020. Proyek ini akan dimulai pada tahun 2023 dengan langkah pertama berupa pengerasan akses jalan selama 700 meter untuk mengangkut material yang diperlukan.
“Desa Bumi Rapak memiliki peran penting sebagai sentra padi di Kutim. Pembangunan jembatan baru ini akan memastikan para petani dengan lahan seluas 200 hektare dapat menjalankan aktivitas pertanian dengan lebih lancar dan efisien,” jelas Ardiansyah Sulaiman.

Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Kutim, Wahasuna Aqla, menjelaskan bahwa perencanaan untuk pembangunan jembatan baru sudah dimulai sejak tahun 2020. Namun, karena adanya pertimbangan berbagai aspek dan dampak dari pandemi Covid-19, pelaksanaannya terpaksa tertunda.
“Kami berencana untuk memulai pelaksanaan pada akhir Agustus 2023 ini, dengan fokus awal pada peningkatan akses jalan dan sistem drainase untuk mengangkut material. Persoalan terkait kepemilikan tanah yang terkena proyek ini telah diselesaikan secara transparan dengan partisipasi masyarakat,” ungkap Wahasuna Aqla.
Jika semua berjalan sesuai rencana, diharapkan bahwa jembatan baru ini dapat beroperasi pada akhir tahun 2024. Estimasi biaya pembangunan jembatan mencapai Rp 25 miliar, dengan panjang bentang utama sekitar 65 meter dan lebar 6 meter. Anggaran juga mencakup biaya pembangunan jalan pendekat.
Selain pembangunan jembatan di Desa Bumi Rapak, ada beberapa fasilitas umum lain yang direncanakan untuk dibangun, termasuk kantor desa, balai pertemuan umum, di desa Bukit Permata dan Cipta Graha. Semua upaya ini menunjukkan komitmen Bupati Ardiansyah Sulaiman dan pemerintah daerah dalam menjaga keamanan, meningkatkan infrastruktur, serta memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. (ADV01/ DISKOMINFO STAPER)