SANGATTAKU – Insiden tragis terjadi di Sungai Sangatta, Kelurahan Singa Geweh, Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur, pada Sabtu sore, 26 April 2025. Seorang anak berusia 10 tahun berinisial F dilaporkan hilang setelah diduga disambar buaya saat berenang bersama enam temannya.

Koordinator Pos SAR Sangatta, Aurelius Godja, menjelaskan bahwa kejadian tersebut berlangsung sekitar pukul 16.30 WITA. Saat itu, korban bersama teman-temannya melompat dari pohon ke sungai. F merupakan salah satu yang melompat terakhir sebelum tiba-tiba tersambar buaya.
“Korban sempat megang bambu, namun kemudian kembali ditarik buaya ke dalam air,” ujarnya saat dikonfirmasi awak media di sekitar TKP pukul 18.20 WITA.
Setelah laporan masuk, operasi pencarian segera dilakukan sore itu. Namun, mengingat kondisi yang membahayakan dan faktor keselamatan, pencarian malam hari hanya dilanjutkan oleh Laskar Kebangkitan Kutai (LKK), yang dinilai berpengalaman dalam menangani insiden terkait buaya.
Sementara itu, Basarnas bersama tim gabungan dari Polres Kutai Timur, Dinas Perhubungan, BPBD Kutai Timur, Tanaga, Relindo, Polairud Polda Kaltim, Polairud Polres Kutai Timur, Saka Besar dan PMI akan melanjutkan pencarian intensif pada Minggu pagi.
“Dalam upaya pencarian tersebut, digunakan dua unit perahu karet milik Basarnas dan Damkar Kutai Timur, empat ketinting warga, serta dua ketinting dari LKK. Kami berharap rekan-rekan dari BPBD dan PMI dapat bergabung dengan alat utama mereka masing-masing,” imbuh Godja.

Ketua RT 35 Kampung Kajang, Kamsiah, membenarkan bahwa anak-anak kerap berenang di lokasi tersebut meskipun telah sering diingatkan. Menurutnya, buaya yang diduga menyerang korban dikenal warga setempat dan diperkirakan berukuran 7 hingga 8 meter.
“Buaya itu memang sering muncul, bahkan dikasih nama Amau. Ada dua ekor, tapi yang satu ini yang paling sering timbul,” ungkap Kamsiah.
Ia juga mengungkapkan bahwa keberadaan buaya sudah pernah dilaporkan ke pihak berwenang, terutama setelah diketahui bahwa buaya sempat bertelur di dekat permukiman. Namun, hingga kini belum ada pemasangan rambu-rambu larangan di area tersebut.
“Harapannya, setelah kejadian ini, segera dipasang larangan berenang karena berpotensi dapat diserang oleh predator seperti buaya,” pungkasnya. (RH/MMP)