SANGATTAKU – Kehadiran Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) di Kutai Timur (Kutim) yang disahkan dan dilantik Kamis, (22/06/2023) kemarin di Hotel Royal Victoria Sangatta mendapat sambutan hangat dari pelbagai pihak.
Kendati demikian, tak dapat dipungkiri bahwasannya kehadiran PWRI di Kutai Timur juga menuai kontra. Beberapa isu mulai berhembus, paling santer adalah tentang keanggotaan PWRI DPC Kutai Timur, yang tidak kesemuanya anggota adalah wartawan.

Menanggapi hal tersebut, Ketua PWRI DPC Kutai Timur terpilih, Daniel Politius Sebayang tidak sedikitpun menampik isu yang beredar. Dengan gamblang, Daniel mengakui memang tidak semua yang tergabung di PWRI Kutai Timur adalah wartawan, meski dia sendiri bingung standarisasi wartawan yang dimaksudkan berdasarkan acuan mana.
“Memang, yang tergabung di PWRI Kutim ini belum semuanya wartawan,” ucap Daniel (23/06/2023).
“Bahkan di sambutan saya pada pelantikan kemarin, sudah saya tegaskan di hadapan Bupati (Kutai Timur) dan seluruh undangan, bahwa anggota yang tergabung di PWRI Kutai Timur, tidak semuanya adalah wartawan, setidaknya belum menjadi wartawan,” jelas Daniel.
PWRI DPC Kutai Timur Komitmen, Pengembangan SDM Jurnalistik Jadi Salah Satu Fokus Program Kerja
Lebih jauh Daniel menjelaskan, bahwa inilah salah satu tantangan dan tanggung jawab PWRI Kutai Timur ke depan. Dirinya mengatakan, mereka yang tergabung memang sebagian masih awam di dunia jurnalistik dan kewartawanan.
Untuk itu, Daniel melanjutkan, adalah tugasnya sebagai Ketua, bagaimana PWRI Kutim nantinya untuk bisa memberikan edukasi dan pelatihan bagi mereka, melalui program kerja yang disusun oleh PWRI Kutai Timur nantinya.
“Konsep programnya ini sudah ada, sudah kita bikin jauh-jauh hari,” paparnya.
“Jadi PWRI Kutai Timur ini, memberikan wadah dan ruang, bagi mereka yang punya ketertarikan dan minat di bidang jurnalistik, yang nantinya menjadi tugas kami untuk mengarahkan dan mengembangkan minat mereka, agar mereka bisa jadi pewarta yang baik dan benar sesuai Kode Etik Jurnalistik,” lanjut Daniel menjelaskan.
Daniel menambahkan, beberapa di antara anggota juga merupakan mantan anggota LSM, bahkan ada juga yang fresh graduated (baru lulus SMA,red). Untuk itulah, dikatakan Daniel, kehadiran PWRI di Kutai Timur tidak hanya berfokus menjadi organisasi profesi yang menaungi wartwan saja, melainkan bagaimana caranya bisa memberikan manfaat bagi Kutai Timur, khususnya di lingkup sekitar melalui program-program kerjanya, salah satunya di bidang pengembangan SDM.
“Mereka sebagian sudah mulai ikut turun ke lapangan untuk liputan, meski hanya sebatas reporter. Sebagian juga sudah bisa menulis (berita), dan itu tetap kita kontrol,” tegas Daniel.
“Mereka yang sudah mulai aktif, kita fasilitasi magang di media teman-teman, dan mereka kita berikan juga gaji serta insentif operasional, bukan hanya dimanfaatkan tenaganya, silahkan dicek dan tanyai mereka,” tukas Daniel.
“Sudah juga saya tekankan di waktu pelantikan kemarin, kehadiran PWRI di Kutai Timur ini sebagai pewarna dunia jurnalistik di Kutim, bukan sebagai pesaing. Dan kalau ada yang kurang berkenan, silahkan saja, toh kita memang tidak akan mampu menyenangkan semua pihak,” pungkasnya. (/bl)