
SANGATTAKU – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melalui Bupati Ardiansyah Sulaiman, menekankan pentingnya peran sejarah dan budaya sebagai salah satu pilar utama diversifikasi ekonomi daerah. Dalam pidato penutupannya pada Festival Magic Land, Minggu, 16 November 2025 malam, Bupati memberi instruksi khusus untuk menjadikan kekayaan sejarah lokal sebagai komoditas unggulan non-tambang.

Berbicara di Polder Ilham Maulana, Ardiansyah Sulaiman mengakui bahwa saat ini perekonomian Kutim masih dikendalikan penuh oleh sektor pertambangan. Meskipun Kutim memiliki angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dominasi tambang sebesar 80 persen dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dianggap sebagai risiko besar yang harus segera diatasi melalui upaya diversifikasi.
Salah satu solusi kunci yang didorong oleh Bupati adalah dengan menggarap potensi khasanah seni, budaya, dan sejarah yang dimiliki Kutim. Menurutnya, warisan Kerajaan Kutai tertua dan bukti-bukti peradaban kuno yang tersebar di wilayah tersebut merupakan ‘keajaiban’ yang harus diangkat ke permukaan dan dimanfaatkan untuk mendatangkan kesejahteraan.
Dorongan ini diiringi dengan perintah langsung kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim untuk segera mengambil langkah strategis. Disdikbud diinstruksikan untuk secara intensif dan berkelanjutan menggali kekayaan sejarah lokal. Ini mencakup penelitian mendalam terhadap jejak-jejak Kerajaan Kutai tertua hingga penemuan artefak-artefak yang membuktikan adanya peradaban kuno yang pernah berjaya di Kutim.
Tujuan utama dari penggalian sejarah dan budaya ini bukan hanya sebatas pelestarian identitas, tetapi juga sebagai fondasi pembangunan sektor pariwisata yang berbasis budaya. Dengan mengangkat cerita dan warisan lokal, Kutim diharapkan dapat menarik minat wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, sehingga menciptakan pergerakan ekonomi di tingkat masyarakat.
Ardiansyah Sulaiman berharap, kekayaan alam non-tambang seperti kelautan, pantai, dan perkebunan, dapat disinergikan dengan kekayaan budaya. Sektor budaya ini harus mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap PDRB daerah, mengurangi ketergantungan Kutim pada fluktuasi harga komoditas batu bara dan minyak.
Pengembangan sektor budaya dan pariwisata juga sejalan dengan dorongan Bupati terhadap sektor padat karya. Sektor ini akan membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat lokal, mulai dari pelaku UMKM yang menjual produk khas, hingga kelompok seni yang mengisi pertunjukan budaya, menciptakan rantai nilai ekonomi yang melibatkan banyak pihak.
Filosofi yang tertanam di balik Festival Magicland adalah meyakinkan masyarakat untuk terlibat penuh dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Bupati menegaskan bahwa dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada, termasuk warisan sejarah, Kutim dapat terus memperkaya khasanah budaya dan ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan seluruh masyarakat secara merata. (adv/Diskominfo Kutim)




















