SANGATTAKU – Pemerintah Kecamatan Sangatta Utara menegaskan bahwa penertiban di kawasan Taman Bersemi (STQ) bukan merupakan bentuk relokasi pedagang, melainkan bagian dari upaya penataan agar kawasan tersebut dapat kembali difungsikan sesuai peruntukannya.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Camat Sangatta Utara, Hasdiah, saat diwawancarai pada Kamis, 10 April 2025, di Gedung PKK Sangatta Utara. Hasdiah menjelaskan bahwa rencana penataan ini sudah berjalan sejak April 2024, setelah Kepala Desa Sangatta Utara menyerahkan kembali pengelolaan Taman Bersemi kepada pihak kecamatan. Sebelumnya, taman tersebut merupakan salah satu unit usaha dari BUMDes.

“Setelah penyerahan dari desa, kami langsung melakukan inventarisasi aset yang ada dengan membuatkan surat edaran kepada pelaku usaha yang ada di kawasan Taman Bersemi itu pada bulan April 2024,” ujarnya.
Selain dari sosialisasi, di dalam surat edaran tersebut pemerintah juga memberikan waktu untuk mendaftar, melakukan komunikasi ke pihak kecamatan dan memberikan datanya sebagai pelapak. Serta menginformasikan kepada pelapak untuk penataan tersebut sampai dengan tanggal yang telah pemerintah kecamatan tetapkan, yaitu 1 Januari 2025.
“Pendaftar yang datang sebanyak 84 pelapak. Dari data itu sebagai dasar kami mengundang untuk membicarakan mengenai penataan yang akan kami lakukan,” terang Hasdiah.
Ia menegaskan bahwa tujuan utama dari penataan ini adalah untuk mengembalikan fungsi Taman Bersemi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan sarana olahraga bagi masyarakat.
Penataan akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa pembongkaran lapak-lapak yang sudah kosong, yang diserahkan pelaksanaannya kepada pelapak masing-masing. Tahap kedua dijadwalkan tiga bulan setelahnya, yaitu pembongkaran lapak milik pelapak yang masih berjualan.
“Karena kami menerima permohonan mereka untuk berjualan sementara sambil berbenah,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Hasdiah menjelaskan bahwa inisiatif penataan ulang kawasan ini juga muncul dari keluhan para pedagang sendiri yang menyatakan bahwa kawasan STQ kini sepi pengunjung. Selain itu, ada pula laporan dari masyarakat sekitar mengenai kondisi taman yang terlihat kumuh dan adanya suara musik yang sangat mengganggu.
“Dengan kondisi begitu, siapa yang mau datang? Maka muncullah inisiatif kami untuk menata ulang,” pungkas Hasdiah. (*/MMP)