SANGATTAKU – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia, Arifatul Choiri Fauzi, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, khususnya Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, atas komitmen dan kontribusi luar biasa dalam mendukung terwujudnya inisiatif Ruang Bersama Indonesia.

Program ini menjadi simbol nyata semangat kolaborasi dalam meningkatkan kualitas hidup sumber daya manusia, serta memberikan perlindungan menyeluruh bagi seluruh masyarakat, termasuk perempuan dan anak di Kutai Timur.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Semua harus berkolaborasi,” ujarnya dalam sambutan peluncuran program tersebut pada Selasa, 13 Mei 2025, di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutai Timur.
Ia menegaskan bahwa perempuan dan anak-anak adalah lebih dari dua pertiga dari total penduduk Indonesia, sehingga peran strategis mereka sangat krusial dalam mendukung dan mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045. Dengan jumlah yang signifikan ini, pemberdayaan perempuan dan perlindungan terhadap anak menjadi faktor utama dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menjadi fondasi utama menuju Indonesia yang maju, sejahtera, dan berdaya saing tinggi di masa depan.

Oleh karena itu, Kementerian PPPA menetapkan tiga program prioritas berbasis pendekatan kolaboratif, menyeluruh dan sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat di tingkat akar rumput. Peluncuran Ruang Bersama Indonesia menjadi wujud semangat gotong royong untuk menjawab tantangan masa depan perempuan dan anak di seluruh penjuru negeri.
Arifa juga menyampaikan bahwa peluncuran Ruang Bersama Indonesia merupakan tindak lanjut dari amanat Presiden RI agar seluruh pihak saling berkolaborasi dan bersinergi. Selain itu, arahan dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, turut mendorong Kementerian PPPA untuk melanjutkan program-program yang telah ada dengan semangat keberlanjutan dan integrasi.
“Jadi kami berharap Ruang Bersama Indonesia ini menjadi solid kita bersama. Bagaimana pola asuh saling menguatkan, kemudian menjahit lagi kebersamaan, merajut kembali rasa solidaritas antara masyarakat di tingkat desa,” imbuhnya.

Ia juga memaparkan dua program prioritas lainnya dari Kementerian PPPA. Program kedua adalah call center SAPA 129, yang menjadi solusi cepat tanggap bagi masyarakat, khususnya perempuan dan anak, untuk melaporkan berbagai bentuk kekerasan yang dialami atau disaksikan.
“Melalui SAPA 129, kami dari Kementerian PPPA akan melakukan penjangkauan, pendampingan hingga pemberian layanan yang dibutuhkan,” jelasnya.
Sementara itu, program ketiga adalah penguatan satu data tentang perempuan dan anak. Keberadaan data yang akurat dan terintegrasi ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam merancang program-program yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Kami percaya bahwa perubahan besar dimulai dari gerakan kecil di desa. Dari ibu-ibu yang bersuara menciptakan lingkungan yang aman dan adil. Dari pemudi-pemudi yang peduli. Dari kepala desa yang membuka ruang dialog bagi semua warganya,” pungkasnya. (MMP)