SANGATTAKU – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan manajemen Persikutim United terus mematangkan persiapan menghadapi Liga 3 Nasional tahun ini. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah membuka seleksi terbuka bagi masyarakat, yang direncanakan berlangsung pada pekan kedua atau ketiga Juli 2025.

Tim manajemen Persikutim United, Pandi Widiarto, menegaskan bahwa proses pembentukan tim dilakukan secara profesional dengan mengacu pada regulasi Liga 3. Ia menekankan pentingnya membentuk skuad yang kompetitif, namun tetap memberi ruang bagi pemain lokal untuk berkontribusi.
“Kita sudah siapkan manajemen, pelatih dan pemain. Ke depan, kita juga akan membuka seleksi terbuka. Tentu akan ada kuota khusus bagi pemain lokal Kutai Timur agar bisa tampil membela daerahnya,” ujar Pandi dalam konferensi pers Persikutim United di Rumah Jabatan (Rujab) Bupati Kutai Timur, Selasa malam, 1 Juli 2025.
Lebih lanjut, Pandi menjelaskan bahwa karena kompetisi ini berskala nasional, klub harus menyesuaikan komposisi pemain sesuai dengan aturan PSSI. Dalam regulasi Liga 3, diperbolehkan satu pemain asing, maksimal tujuh pemain senior yang pernah tampil di Liga 1 atau timnas, dan sisanya harus berasal dari kelahiran tahun 2003–2005.
“Jadi jangan sampai muncul anggapan, ‘kenapa tidak semua pemain lokal?’ Ini bukan kompetisi antarprovinsi. Jadi tentu kami menyiapkan timnya sebaik mungkin karena ini adalah wajah dari Kabupaten Kutai Timur,” jelasnya.
Sebagai bentuk keseriusan, Pandi mengungkapkan bahwa manajemen telah mencapai tahap finalisasi dengan pelatih dan direktur teknik. Nama Bimo Sakti disebut hampir pasti bergabung.
“Home base-nya memang di Jakarta, tapi untuk pertandingan home kita akan pakai GOR Kudungga sebagai stadion kebanggaan masyarakat Kutai Timur,” imbuhnya.
Tak hanya fokus pada aspek prestasi, Pandi juga menekankan pentingnya dampak ekonomi dan sosial dari kehadiran klub ini. Ia menyebut pengembangan industri olahraga harus berjalan beriringan dengan penguatan sektor UMKM dan ekosistem ekonomi kreatif di daerah.
“Kita ingin UMKM ikut terlibat, mulai dari produksi jersey, suvenir, sampai tempat pelatihan dan fisioterapi. Klub ini harus tumbuh sebagai industri olahraga, bukan sekadar tim sepak bola,” katanya.
Pandi juga menyoroti potensi tumbuhnya sektor digital melalui promosi, media sosial, hingga kompetisi desain, seperti sayembara logo yang sebelumnya telah dilakukan. Ia berharap masyarakat merasa memiliki klub ini dan ikut terlibat dalam perjalanannya ke depan.
Setelah pemaparan teknis dan ekonomi oleh Pandi, Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman menambahkan bahwa kehadiran klub ini juga merupakan bagian dari solusi strategis PSSI dalam menyelamatkan klub-klub yang mengalami stagnasi dalam pengelolaan. Klub Kutai Timur saat ini merupakan hasil merger dengan salah satu klub dari Malang, melalui fasilitasi langsung dari Sekjen PSSI, Yunus Lusi.
Ardiansyah juga menekankan pentingnya memasukkan unsur budaya dalam setiap pertandingan, seperti menayangkan lagu daerah sebagai simbol semangat dan identitas.
“Karena ini cukup memberikan nuansa semangat ya kepada negara yang memiliki klub tersebut, artinya itu juga sudah mencerminkan budaya kita yang ada di Kutai Timur,” tutupnya. (MMP)