SANGATTAKU – Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak luas di berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam bidang kesehatan di Indonesia. Di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), rendahnya cakupan imunisasi pascapandemi telah memunculkan kembali sejumlah penyakit yang sebelumnya dapat dikendalikan, seperti polio, difteri, dan penyakit lainnya. Masalah ini menjadi perhatian serius terutama bagi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim, Bahrani Hasanal.
Dalam acara Advokasi Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di ruang Meranti, Kantor Bupati Kutim, yang diadakan pada Kamis (1/8/2024), Bahrani meminta dukungan dari seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh agama dan tokoh masyarakat. Dirinya menegaskan pentingnya kolaborasi ini demi mensukseskan program imunisasi yang ada.
Bahrani juga menekankan, bahwa pernyataan ini bukan tanpa dasar. Dirinya mengungkap, salah satu tantangan yang dihadapi dewasa ini, salah satunya adalah memerangi informasi yang salah dan banyak beredar di masyarakat.
“Mungkin mereka atau oknum ini belum pernah melihat langsung bagaimana kondisi warga atau pasien yang terkena polio atau difteri, sehingga dengan gampangnya menyebarkan informasi atau hoaks yang isinya provokasi dan menakut-nakuti, sehingga masyarakat enggan mengikuti imunisasi,” ujarnya.
Bahrani juga menyampaikan bahwa pada pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio serentak belum lama ini, cakupan imunisasi di Kutim baru mencapai 74 persen, padahal target yang diharapkan adalah di atas 90 persen untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok.
“Kami berharap adanya dukungan dan peran dari semua elemen masyarakat Kutim, termasuk para tokoh agama dan masyarakat dalam memberikan pemahaman mengenai pentingnya imunisasi sejak bayi,” imbuhnya.
“Kami juga meminta dukungan dari seluruh elemen masyarakat, Ketua MUI dan tokoh masyarakat yang hadir dalam kegiatan ini, untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tidak ragu dan takut, agar anak-anaknya diberikan imunisasi secara lengkap dan tepat waktu,” harap Bahrani dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Bahrani menyampaikan data mengenai sejumlah kasus penyakit yang muncul pasca-pandemi di Kutim, termasuk polio, difteri, pertusis, dan pneumonia. Dirinya berharap melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) serentak tahap kedua mendatang, kasus-kasus tersebut dapat ditekan sehingga target kekebalan kelompok di Kutai Timur dapat tercapai.
“Ada beberapa kasus penyakit pasca COVID-19 yang kita temukan di Kutim, seperti polio, difteri, pertusis dan pneumonia,” terang Bahrani.
“Semoga melalui PIN serentak tahap kedua nanti, kasus-kasus ini tidak kita temukan lagi,” imbuhnya.
Kepala Dinas Kesehatan juga menekankan urgensi dari program yang komperhensif. Dirinya meyakini, dengan dukungan yang solid dari semua elemen masyarakat, Kutai Timur dapat mengatasi ancaman kesehatan ini dan memastikan generasi mendatang terlindungi dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi.
“Target kita agar Kutai Timur mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok. Semoga melalui PIN serentak nanti, target tersebut bisa tercapai,” tutup Bahrani. (AD01/ Diskominfo Kutim)