SANGATTAKU – Harga cabai rawit di Kabupaten Kutai Timur mengalami kenaikan harga hingga 25% menjelang Lebaran. Sebelumnya, lonjakan harga bahan pokok hanya berkisar antara 5-7%, namun cabai rawit mengalami lonjakan signifikan hingga mencapai Rp150.000 per kilogram.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutai Timur, Nora Ramadani, didampingi oleh Sekretaris, Muhammad Reza Pahlevi dalam wawancara terbarunya, menjelaskan bahwa kenaikan harga ini disebabkan oleh gangguan pasokan dari Surabaya akibat gagal panen. Kondisi ini berdampak pada distribusi cabai rawit dari Sulawesi, yang harus dibagi ke beberapa daerah, termasuk Kalimantan dan Pulau Jawa, sehingga stok menjadi terbatas.
“Kenaikan harga ini masih dalam batas wajar, terutama menjelang hari besar keagamaan. Sesuai hukum ekonomi, permintaan meningkat maka harga pun ikut naik,” ujar Nora, Kamis, 20 Maret 2025.

Untuk menekan harga, pemerintah daerah menggelar panen raya cabai di Kecamatan Kaubun, yang dipimpin langsung oleh Bupati Kutai Timur. Langkah ini berhasil menurunkan harga cabai rawit dari Rp150.000 menjadi Rp140.000 per kilogram dengan tren penurunan yang terus berlanjut.
Di sisi lain, Disperindag memastikan bahwa pasokan bahan pokok lainnya, seperti daging sapi dan daging kerbau masih dalam kondisi aman. Kenaikan harga pada komoditas tersebut juga tidak signifikan dan masih dalam batas wajar menjelang Lebaran.
Selain bahan pangan, pemerintah daerah turut mengantisipasi potensi kelangkaan gas LPG 3 kg selama libur Lebaran. Bupati Kutai Timur bersama Sekretaris Daerah dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) telah berkoordinasi dengan pihak swasta penyedia gas untuk memastikan ketersediaan stok tetap terjaga.
“Mereka meyakinkan Pak Bupati bahwa stok LPG aman hingga Lebaran. Kalau ada lonjakan harga pun, sekarang sudah diatur supaya tidak melambung tinggi lagi karena sudah mendapat perhatian khusus dari Menteri ESDM,” imbuhnya.
Meski stok dinyatakan aman, pemerintah tetap mengingatkan masyarakat untuk mengantisipasi kemungkinan keterlambatan distribusi akibat libur dan cuti bersama. Pasokan dari agen ke pangkalan biasanya terhenti sementara selama masa libur, yang kerap disalahartikan sebagai kelangkaan.
“Stok LPG tersedia di Samarinda, namun karena agen tidak beroperasi selama cuti bersama, distribusinya ke pangkalan di daerah bisa tertunda. Oleh karena itu, kami mengimbau pangkalan untuk mengatur pasokan agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi,” pungkas Nora. (*/MMP)