SANGATTAKU – Wakil Bupati Kutai Timur, Mahyunadi, menargetkan daerahnya masuk dalam lima besar dengan angka stunting terendah di Kalimantan Timur pada akhir 2026. Untuk mencapai target tersebut, Pemkab Kutai Timur akan bergerak cepat melalui berbagai intervensi strategis. Mahyunadi menyatakan bahwa langkah pertama yang diambil sejak menjabat adalah melakukan inventarisasi permasalahan stunting di wilayahnya.
“Saya ini baru, jadi yang paling awal saya lakukan adalah inventarisir. Melihat apa saja indikator-indikator masalah stunting yang ada di Kutai Timur, kemudian kita melihat bagaimana cara menangani intervensi. Setelah itu, kita langsung action turun lapangan,” ujarnya usai menghadiri kunjungan kerja tim Cap Jempol Stop Stunting di BPU Kecamatan Sangatta Utara, Rabu, 19 Maret 2025.

Pemkab Kutai Timur akan segera menggelar rapat koordinasi dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur. Setelah Lebaran, program penanganan stunting akan langsung dijalankan sesuai hasil rapat.
“Mudah-mudahan anggarannya juga bisa masuk dalam pergeseran APBD,” imbuhnya.
Mahyunadi juga menegaskan bahwa efisiensi anggaran tidak akan berdampak pada program penanganan stunting. “Efisiensi anggaran hanya berlaku untuk perjalanan dinas dan kegiatan seremoni. Tapi untuk program seperti ini, justru kita maksimalkan,” tegasnya.
Menurutnya, faktor utama penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi, kesejahteraan keluarga serta kondisi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan anak.
“Jika gizinya baik tapi lingkungannya kotor, maka anak-anak tetap berisiko mengalami stunting akibat infeksi atau penyakit seperti cacingan,” jelasnya lebih lanjut.
Sebagai bentuk keseriusan pemerintah, Mahyunadi mengimbau para kepala dinas untuk menjadi orang tua asuh bagi anak-anak stunting.
“Saya berharap setiap kepala dinas minimal mengangkat tiga anak asuh yang terdampak stunting. Ini bukan kebijakan wajib, tetapi sebagai bentuk kepedulian dan dedikasi mereka untuk Kutai Timur,” tuturnya.
Dengan berbagai langkah tersebut, Mahyunadi optimistis angka stunting di Kutai Timur bisa turun secara signifikan.
“Saya targetkan paling lambat akhir 2026, Kutai Timur sudah masuk lima besar daerah dengan angka stunting terendah di Kalimantan Timur. Insya Allah,” pungkasnya. (*/MMP)