
SANGATTAKU – Bupati Kutai Timur (Kutim), Ardiansyah Sulaiman, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk memprioritaskan pengembangan sektor padat karya sebagai strategi fundamental dalam mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam pidato penutupan Festival Magic Land pada Minggu, 16 November 2025, Bupati secara eksplisit meminta masyarakat mengalihkan fokus dari ketergantungan pada sektor pertambangan yang didominasi investasi padat modal.

Bertempat di Polder Ilham Maulana, Ardiansyah Sulaiman menjelaskan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi Kutim tidak boleh hanya diukur dari PDRB yang tinggi, sebab angka tersebut masih sangat dipengaruhi oleh aktivitas pertambangan. Ia mencatat bahwa 80 persen Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kutim dikuasai oleh pertambangan, membuat ekonomi lokal sangat rapuh.
Oleh karena itu, pemerintah daerah kini mempromosikan filosofi ‘Keajaiban Kutim’ yang berpusat pada optimalisasi potensi lokal yang bersifat padat karya. Sektor ini dianggap mampu mendistribusikan manfaat ekonomi secara lebih adil dan melibatkan lebih banyak masyarakat sebagai pelaku ekonomi langsung.
Bupati secara khusus menyebut Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta industri rumahan (home industry) sebagai garda terdepan pembangunan ekonomi baru Kutim. Sektor-sektor ini memanfaatkan sumber daya lokal, baik dari segi bahan baku maupun tenaga kerja, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya beli masyarakat.
“Bukan sesuatu yang muluk-muluk kalau saya mendorong UMKM, kalau saya mendorong home industry, kalau saya mendorong kelompok tani, kalau saya mendorong kelompok darwis, untuk hadir di dalamnya, dan menempatkan manfaat sebesar-besarnya dari alam yang ada di Kutim” tegas Ardiansyah, menunjukkan arah kebijakan yang jelas pro-rakyat kecil.
Selain UMKM dan industri rumahan, Kutim memiliki potensi besar dalam sektor kelautan dan perikanan, pariwisata pantai, serta perkebunan. Berbeda dengan pertambangan yang bersifat ekstraktif dan non-terbarukan, sektor-sektor ini menawarkan peluang pertumbuhan yang berkelanjutan dan berbasis pada kearifan lokal.
Ardiansyah berharap bahwa dorongan investasi harus fokus pada upaya yang memperkuat basis ekonomi kerakyatan, alih-alih hanya mengejar proyek-proyek skala besar yang minim penyerapan tenaga kerja lokal. Strategi ini diharapkan menjadi kunci untuk memperkuat daya tahan ekonomi Kutim ketika harga komoditas tambang global mengalami penurunan atau ketika sumber daya tambang mulai habis.
Implementasi dari strategi pembangunan ini juga mencakup upaya pemerintah untuk memfasilitasi akses permodalan dan pelatihan bagi kelompok tani, kelompok nelayan, dan pengusaha UMKM. Dengan demikian, mereka tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga memiliki daya saing yang tinggi untuk masuk ke pasar regional maupun nasional. Optimalisasi seluruh potensi ini diharapkan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara komprehensif, melepaskan Kutim dari bayang-bayang dominasi pertambangan. (adv/Diskominfo Kutim)




















