
SANGATTAKU – Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur (Kutim), Achmad Junaidi, menegaskan bahwa penurunan stunting hanya bisa dicapai melalui komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan. Hal itu ia sampaikan seusai mempresentasikan proyek perubahan Cap Jempol Stop Stunting dalam Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II di Puslatbang KDOD LAN RI, Samarinda (26/11/2025).
Dalam keterangannya, Junaidi menyampaikan apresiasi kepada mentor, yakni Asisten III Bidang Administrasi Umum Sekretariat Kabupaten Kutai Timur, Sudirman Latif, dan Tim Efektif yang mendampingi proses inovasi tersebut.

“Langkah ini langkah besar untuk bersama-sama membangun Kutai Timur dari inovasi,” katanya.
Ia menegaskan bahwa inovasi yang dibawanya berangkat dari persoalan keluarga berisiko stunting.
“Presentasi inovasi berawal dari akar masalah keluarga berisiko. Harapan kami ini menekan new stunting,” ujarnya.
Menurut Junaidi, keberhasilan upaya pencegahan sangat bergantung pada keselarasan tugas masing-masing perangkat daerah. Ia mencontohkan peran Perkim, Dinas PU, PDAM, Baznas, dan Dinas Kesehatan dalam intervensi sesuai fungsi.
“Harus ada komitmen bersama sesuai fokus masing-masing. Semua pihak punya peran,” tegasnya.
Ia menyampaikan keyakinan bahwa target penurunan stunting dapat tercapai asalkan seluruh sektor melaksanakan rencana kerja yang telah disusun.
“Kalau semua bekerja sesuai fungsi dan anggarannya, tidak ada persoalan berat. Penurunan stunting bisa cukup tinggi,” ujar Junaidi.
Dalam pemaparannya, Junaidi juga menyinggung perkembangan capaian Kutai Timur yang saat ini berada di peringkat 7 nasional.
“Kemarin kita peringkat 10, sekarang peringkat 7 dengan angka stunting 20,26%. Ini menunjukkan progress melalui program stop stunting,” katanya.
Kenaikan peringkat tersebut disebutnya sebagai bukti bahwa pendekatan berbasis akar masalah mulai menunjukkan hasil. Melalui proyek perubahan yang sedang dijalankan, Junaidi menekankan bahwa intervensi diarahkan pada keluarga berisiko agar kasus baru dapat ditekan sejak dini.
Ia menutup penjelasannya dengan menegaskan bahwa keberhasilan penanganan stunting tidak hanya diukur dari angka, tetapi dari kesinambungan komitmen seluruh pihak.
Dengan sinergi tersebut, ia optimistis Kutai Timur dapat mempercepat penurunan stunting dan memperkuat pencegahan jangka panjang bagi generasi mendatang. (adv/Diskominfo)




















