SANGATTAKU – Rencana pemerintah merelokasi pasar tumpah di Jalan Inpres, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, menuai berbagai respon dari para pedagang. Sebagian besar pedagang menolak pemindahan tersebut dengan alasan aksesibilitas dan potensi kehilangan pelanggan. Salah satu pedagang, sebut saja Melati, mengungkapkan kekhawatirannya terkait rencana relokasi ini.
“Kalau pemerintah memang ada perhatian, ya kan bisa diatur. Lalu lintasnya juga masih bisa di ke belakangin. Tapi masalahnya, biaya yang dibutuhkan pasti besar. Kami pun sudah mengeluarkan banyak dana untuk berjualan di sini,” ujarnya saat diwawancarai pada Kamis, 20 Februari 2025, Pukul 16.15 WITA.

Melati menjelaskan bahwa dirinya mengandalkan pendapatan harian yang relatif kecil, sehingga relokasi pasar bisa berdampak besar pada kondisi ekonominya. Ia juga menekankan bahwa mayoritas pedagang menolak pemindahan ke pasar induk karena keterbatasan tempat dan jarak yang lebih jauh dari pelanggan mereka.
“Di dalam pasar induk sudah penuh. Jangkauannya juga lebih sulit bagi pembeli. Kalau pelanggan tetap datang, tidak masalah. Tapi kalau tidak ada pembeli, bagaimana kami bisa bertahan? Mau makan apa?” imbuhnya.
Pedagang lain, Neti, turut mengungkapkan keberatannya meskipun memahami alasan pemerintah terkait kemacetan dan keterbatasan lahan parkir.
“Kalau memang ada tempat yang disediakan di sana, ya tidak apa-apa. Tapi bagi kami, rasanya tetap berat jika harus pindah,” kata Neti.
Neti menyadari bahwa pasar tumpah tidak termasuk dalam perencanaan pemerintah, tetapi menilai bahwa pasar ini tetap menjadi sumber penghidupan bagi banyak pedagang kecil. Ia berharap ada solusi lain yang bisa diterapkan selain relokasi.
“Kalau bisa, lebih baik parkiran yang ditata ulang, supaya kendaraan tidak mengganggu jalan dan menyebabkan kemacetan,” tambahnya.
Para pedagang berharap pemerintah mempertimbangkan opsi lain agar mereka tetap bisa berjualan tanpa kehilangan pelanggan dan penghasilan. (*/MMP)