Corona, Hanyalah Akal-akalan?

Senin, 4 Januari 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

, itu tidak ada, kalaupun ada, tidak berbahaya.”

Begitulah, pernyataan teman saya. Seorang generasi milenial, sarjana. Dan saya berkali-kali, mendengar, banyak orang yang masih berpikir serupa. Kalaupun percaya ada Corona, mereka tak percaya, Corona itu berbahaya. Mereka percaya, penyakit bawaan, atau penyakit penyulit, macam diabet, jantung, hipertensi, stroke, dll. yang bikin penderita Corona meninggal.

Dan mereka, percaya. Corona itu dibikin-bikin oleh RS, agar dapat klaim dari pemerintah.

Saya kaget dan heran. Di bulan Desember ini, masih ada, generasi milenial, berpendidikan yang membuat atau percaya pernyataan seperti itu setelah hampir setahun merajalela di Nusantara dan seluruh dunia.

Saya tak heran bila pikiran itu ada di bulan Maret atau April. Saat itu memang, Corona baru mulai membara. Jangankan warga biasa, pejabat negara selevel menteri pun, saat itu banyak yang berpikiran serupa, setidaknya meremehkan.

Pun di bulan, Mei atau Juni. Masih banyak yang tak percaya bahayanya Corona. Artis Jerinx SID, jadi tokoh utama yang berpandangan, Covid adalah konspirasi global. Sehingga kelompok ini menolak tes , swap, bahkan menolak memakai masker.

Sebagai mantan pasien Covid 19, dengan klasifikasi berat, yang hampir game over. Tentu, saya dengan serius menjelaskan pengalaman nyata yang saya alami kepada teman tersebut. Hingga pikirannya berubah, menjadi sebaliknya, yaitu, Corona itu ada, dan sungguh bisa sangat berbahaya.

Uce Prasetyo saat terbaring di pasca terpapar Oktober 2020 lalu. (Dok. pribadi Uce)

Mengapa mereka berpikiran begitu? Hemat saya adalah :
Pertama : Dunia maya, mensuplai jutaan informasi tentang Corona, termasuk yang kontra. Dengan mendengungkan teori konspirasi global, banyak orang yang lebih percaya teori ini. Daripada penjelasan dan data-data yang disajikan pemerintah. Latar belakang kelompok nya, berpengaruh dominan, dalam mempengaruhi pendapat mereka.

Kedua : Beragamnya penderita Corona. Dari yang tak bergejala, ringan, yang hanya seperti batuk pilek, sedang, yang demam atau sesak ringan, atau berat, yang sangat sesak, batuk, bahkan hingga meninggal.

Mayoritas penderita Covid adalah yang OTG dan bergejala ringan (80%). Ini yang tersering jadi sumber issue yang didengungkan. Seolah-olah, Corona itu tak ada, tak berbahaya, dan seolah hanya permainan petugas .

Namun, bagi kami, yang pernah menderita, pernah terserang Corona klasifikasi berat, atau bahkan ada keluarga yang meninggal, dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, siap bersaksi bahwa :
Corona itu ada,
Corona bukan permainan RS / petugas,
Corona itu berbahaya,
Corona bisa mematikan baik dengan atau tanpa penyakit penyerta / penyulit lainnya.

, 24 Desember 2020
“Tentang si Corona, Eps. 01”
Ditulis oleh : Uce Prasetyo (Praktisi Kesehatan, Politikus PPP, CAWABUP 2021-2024)
Disunting oleh : (red.)
710Dibaca

Berita Terkait

Melampaui Bendera dan Kembang Api, Mengartikan Ulang Kemerdekaan Indonesia
Pentingnya Politik Santun dan Berbudaya Jelang Pemilu 2024
Merajut Kembali Tenun Kebangsaan Melalui Pesan Budaya
Wajah Buram Politik Indonesia
Presiden Putin dan Kesejahteraan Kutim (Bagian Pertama)
BELA NEGARA DALAM PEREKONOMIAN
BELA NEGARA, EKONOMI, DAN COVID-19
Kaidah Jurnalistik, Etika dan Hukum, Sudahkah Berbanding Lurus?

Berita Terkait

Kamis, 17 Agustus 2023 - 15:56 WITA

Melampaui Bendera dan Kembang Api, Mengartikan Ulang Kemerdekaan Indonesia

Senin, 3 Juli 2023 - 20:22 WITA

Pentingnya Politik Santun dan Berbudaya Jelang Pemilu 2024

Minggu, 2 Juli 2023 - 21:36 WITA

Merajut Kembali Tenun Kebangsaan Melalui Pesan Budaya

Minggu, 2 Juli 2023 - 20:39 WITA

Wajah Buram Politik Indonesia

Selasa, 6 Desember 2022 - 00:20 WITA

Presiden Putin dan Kesejahteraan Kutim (Bagian Pertama)

Minggu, 31 Juli 2022 - 08:33 WITA

BELA NEGARA DALAM PEREKONOMIAN

Sabtu, 30 Juli 2022 - 12:13 WITA

BELA NEGARA, EKONOMI, DAN COVID-19

Selasa, 23 November 2021 - 21:05 WITA

Kaidah Jurnalistik, Etika dan Hukum, Sudahkah Berbanding Lurus?

Berita Terbaru

Pendidikan & Sosial Kebudayaan

Kutai Timur Lipat Ganda Anggaran Beasiswa SD-SMP, Komitmen Dorong Pendidikan Berkualitas

Kamis, 4 Apr 2024 - 13:28 WITA

Pendidikan & Sosial Kebudayaan

Optimalkan Kurikulum Merdeka, Kutim Gelar Pelatihan untuk Guru Bahasa Inggris

Kamis, 4 Apr 2024 - 13:14 WITA

Maaf, Klik Kanan Tidak Diperkenankan Pada Laman Ini
Maaf, Text Pada Laman Ini Tidak Dapat Diseleksi
Sorry this site is not allow cut.
Maaf, Tidak Diizinkan Mencopy Isi Laman Ini
Sorry this site is not allow paste.
Sorry this site is not allow to inspect element.
Sorry this site is not allow to view source.

Maaf, Anda tidak diizinkan untuk mengcopy teks atau artikel ini

error: Isi konten ini dilindungi, nggak usah maksa :)