

SANGATTAKU – Kutai Timur, sebuah daerah dengan potensi pertanian kakao yang menjanjikan, masih menghadapi berbagai tantangan dalam mengoptimalkan hasil produksi dan tata niaga komoditas unggulannya. Minimnya keteraturan dalam hubungan antara petani dan tengkulak menjadi salah satu kendala utama.
Dalam upaya memperbaiki kondisi tersebut, Dinas Perkebunan Kutim bersama sejumlah petani binaan Disbun melakukan kunjungan ke Cacao Farm di Tabanan, Bali (13/11/2024). Kunjungan ini menjadi momen penting bagi petani untuk mempelajari praktik unggulan budidaya kakao yang telah diakui secara internasional, guna meningkatkan daya saing dan mutu komoditas kakao di Kutim.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Joni, anggota DPRD Kutim, yang terus memberikan dukungan terhadap upaya peningkatan budidaya kakao di Kutai Timur. Selama kunjungan, Alit, pemilik Cacao Farm, berbagi pengalaman mengenai proses pembibitan kakao. “Awal mula saya mengambil bibit biji dari Berau. Untuk saat ini, sudah bisa membibitkan sendiri dari hasil kakao yang ada di kebun kami,” ujar Alit.
Joni menjelaskan bahwa kunjungan ini memberikan kesempatan bagi petani kakao Kutim untuk belajar langsung dari praktik terbaik di Bali. “Ini langkah positif, karena petani bisa langsung memahami praktik terbaik, sekaligus mendapatkan solusi atas masalah yang mereka hadapi,” katanya. Interaksi langsung ini memungkinkan petani untuk bertanya dan mendapatkan jawaban serta solusi secara real-time.
Sumarjana, Kepala Dinas Perkebunan Kutai Timur, melalui Kepala Bidang Penyuluhan, Adiyanto, menyoroti salah satu tantangan utama yang dihadapi petani kakao di Kutim, yaitu kurangnya keteraturan dalam tata niaga antara petani dan tengkulak.
“Berbeda dengan di sini (Bali) sudah tertata rapi penjualannya antara petani dan tengkulak, ada edukasi dari tengkulak ke petani agar panen bagus, kalau panen bagus kan tengkulak juga untung,” ungkap Adiyanto. Struktur yang lebih terorganisir ini diharapkan dapat diadopsi oleh petani Kakao Kutim untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk mereka.
Bali dikenal sebagai salah satu penghasil biji kakao fermentasi terbaik di dunia, dengan proses yang telah diakui secara internasional. Praktik-praktik unggulan ini menjadi harapan bagi petani kakao Kutim untuk meningkatkan mutu dan nilai jual kakao mereka. Dengan adanya pelatihan dan kunjungan seperti ini, diharapkan budidaya kakao di Kutai Timur dapat tumbuh lebih optimal, memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi para petani, dan mendukung diversifikasi sektor pertanian di daerah tersebut.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Kabupaten Kutai Timur untuk mendukung petani dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas komoditas pertanian mereka. Melalui kolaborasi antara Disbun Kutim, DPRD Kutim, dan kelompok tani, diharapkan kesejahteraan masyarakat di Kutai Timur dapat meningkat secara berkelanjutan. (AD01/ DPRD/ Diskominfo Kutim)